Advertisement
image dari republika.co.id |
Demokrasi tentunya memberikan celah kepada siapapun orangnya untuk bisa mengaspirasikan diri baik dalam bentuk memberikan hak suara ataupun dipilih menjadi wakil rakyat ataupun memimpin negeri ini. tidak memandang latar belakang agama, suku, budaya, etnis dan ideologinya, selama ia adalah warga Negara Indonesia tentunya berhak untuk memilih dan di pilih dalam pesta demokrasi ini.
Satu segi ini adalah kelemahan dan sisi yang lain tentunya ada manfaat dari demokrasi ini. Karena barangkali kita sudah maklum bahwa sistim demokrasi adalah bukan dari Islam yang merupakan agama terbesar dinegeri ini. Namun saat ini mau tidak mau jika kita ingin memperbaiki bangsa ini dari keterpurukan dan kebobrokan moral para wakil rakyat tentunya kita harus terlibat secara aktif ikut dalam pesta demokrasi ini. Hanya dengan cara ini saat ini kita bisa merubah negeri ini.
Namun ada beberapa hal yang sepertinya harus kita pertimbangkan sebelum kita memutuskan untuk tidak memilih pada pesta demokrasi ini alias golput yang mudah mudahan bisa kita renungkan bersama untuk menjadikan kita tidak salah langkah nantinya.
Selalu Ada Yang Baik Diantara Yang Buruk
Sikap kepercayaan rakyat terhadap wakil rakyat tidak dipungkiri lagi kian hari kian luntur akibat banyaknya dari mereka yang justru mencederai amanat rakyat dengan berbuat yang melukai hati nurani rakyat sebagai konstituennya. Tentunya ini menjadi sebuah boomerang buat partai yang mengusung wakilnya untuk duduk di kursi legislative nantinya. Banyaknya kasus korupsi, suap dan tindak pidana pencucian uang seakan menjadi pemberitaan tiap hari di media. Miris sih melihatnya, namun yakinlah bahwa tidak semua wakil rakyat berbuat seperti itu dan tidak semua partai yang berbuat seperti itu juga.Akan selalu ada yang baik dari yang buruk. Akan ada juga wakil rakyat dengan tulus memperjuangkan aspirasi rakyat. Sehingga sebaiknya kita tidak men-generalisir bahwa semua wakil rakyat itu adalah buruk. Mungkin ada dari kerbat kita yang mencalonkan diri sebagai wakil rakyat, tentunya tidak mau kan dicap sebagai orang yang tidak baik juga. Jadi intinya adalah pilih wakil yang kita kenal kebaikan dan dedikasinya. Jangan memilih orang yang belum jelas latar belakangnya.
Sudikah Negara Kita Diserahkan Kepada Orang Yang Tidak Amanah
Sisi lain kelemahan dari demokrasi adalah berdasarkan dari suara terbanyak, tidak melihat seperti apa latar belakang agama dan ideologinya. Suara terbanyak yang mewakili orang yang bobrok perilakunya sekalipun akan menang dan sebaliknya orang yang baik jika tidak ada suara yang memilihnya maka akan kalah dan tidak bisa mewakili aspirasi rakyat di parlemen. Jadi masihkah kita tega membiarkan wakil-wakil rakyat yang korup duduk di kursi legislative gara-gara kita tidak memberikan aspirasinya?Belum lagi saat ini banyak calon wakil rakyat dengan latar belakang ideologi agama yang jelas kesesatannya. Mohon maaf saya sebutkan saja misalnya golongan
Tentunya dengan tidak memilih wakil rakyat yang menurut kita baik, akan membiarkan wakil-wakil orang-orang sesat itu melenggang di kursi senayan dan mengobok-obok undang-undang Negara kita. Membiarkan penindasan yang mungkin saja akan terjadi jika mereka benar-benar meduduki kursi penting sebagai wakil rakyat. Nah tentunya inipun harus kita pikirkan apakah kita akan memilih ataupun tidak nantinya.
Sebelum saya menutup pembasan ini, ada sedikit cerita yang barangkali bisa diambil ibroh atau hikmahnya. Diceritakan disebuah kerajaan, ada seorang raja yang ingin menguji kesetiaan para rakyatnya. Caranya adalah sang raja menyediakan satu buah belanga besar yang diletakkan di tengah-tengah kota yang nantinya akan diisi oleh madu yang dibawa oleh rakyatnya.
Singkat cerita sang raja memerintahkan rakyatnya untuk membawa madu murni hanya satu sendok saja untuk masing-masing orang. Hanya satu sendok saja tapi madu yang murni. Dengan tanpa ragu rakyatnyapun menuruti perintah ini karena mereka menganggap ini adalah hal yang sangat mudah, hanya membawa satu sendok madu murni.
Namun dari sekian banyak rakyat, ada diantara mereka berfikir bahwa tidaklah mengapa jika saya membawa satu sendok air, toh nantinya akan dicampur dengan ribuan sendok madu asli jadi pasti tidak akan ketahuan satu sendok air ini.
Hari pengisian belanga dengan madupun tiba. Ribuan rakyat dari berbagai pelosok negeri membawa madu masing-masing hanya satu sendok. Satu persatu mereka memasukan madu-madu itu kedalam belanga. Akhirnya penuhlah belanga itu dengan madu dan satu persatu rakyatnyapun pulang ke tempatnya masing-masing.
Dengan penasaran sang raja melihat apa kira-kira dalam belanga itu, madukah atau apa. Namun tidak disangka-sangka ternyata belanga yang besar itu bukannya berisi madu tapi hanya dipenuhi air belaka. Yah ternyata air yang memenuhi belanga itu. Kenapa bisa demikian, bukankah hanya satu dua orang yang membawa air dan hanya beberapa sendok saja?
Ternyata tidak demikian, jika tiap kepala berpikiran sama hanya membawa air satu sendok saja ya jelas belanga itu akan berisi air. Mereka beranggapan bahwa perbuatan mereka yang sepele tidak akan berpengaruh kepada hal yang besar. Begitupun dengan satu suara kita, apakah bisa menjadikan perubahan?
Semoga bermanfaat dan happy blogging……