Menu Atas

Iklan

Sabtu, 30 November 2013, November 30, 2013 WIB
Last Updated 2019-02-01T21:25:24Z
CoretankuIbroh

Mengemis, Profesi Atau Kebutuhan

Advertisement
pengemis
ilustrasi, tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah [google]
Mengemis, Profesi Atau Kebutuhan | Sejak mencuatnya kasus Walang, pengemis yang jutawan itu, muncul fenomena anti terhadap profesi ini. Dimedia begitu gencar memberitakannnya, sampai-sampai walang bak menjadi selebritis karena akhirnya banyak orang yang tahu tentangnya. Lalu apa yang salah dengan “profesi” ini. Saya katakana profesi karena memang ini adalah sebuah pekerjaan yang kadang menjadi mata pencaharian utamanya.

Pengemis memang menjadi permasalahan dimanapun. Tidak hanya di Indonesia, bahkan Negara-negara di duniapaun sama. Tapi tergantung bagaimana mereka memenej dan meminimalisirnya, sehingga tidak timbul kesenjangan dan kesemrawutan yang nyata. Masalah inipun menjadi masalah yang pelik, terutama di Ibu Kota Jakarta, mungkin hampir tiap tahun angka pengemis semakin bertambah. Mungkin karena pekerjaan ini hanya bermodal sangat minim, bisa kaleng atau batok kelapa atau yang lainnya, jadilah ini sebagai profesi yang mudah dijalankan.

Pengemis Menolak Diberi Pekerjaan

Menjadi seorang pengemis tentunya bukanlah keinginan banyak orang. Namun kenapa banyak juga yang dengan sengaja mau menjalankannya, bahkan ketika ditawari pekerjaan yang lain yang jelas-jelas hahal , toh mereka tidak mau. Seperti kasus di Kota Bandung Jawa Barat, ketika para pengemis ditawari pekerjaan oleh wali kota Bandung Ridwan Kamil sebagai penyapu jalan,  mereka malah menuntut gaji 4 sampai 10 juta perbulan.

Lah wong gaji saya saja tidak sampai angka segitu hehe…. Ini menunjukkan bahwa mereka rata-rata perbulannya menghasilkan angka tidak kurang dari itu. Ya jelas saja ketika mereka ditawari sebagai penyapu jalan yang penghasilannya 700 ribu perbulan jelas-jelas tidak mau karena tidak sebanding dengan penghasilan ketika mengemis yang bisa menghasilkan jutaan rupiah perbulannya.

Memang tidak semua pengemis seperti itu, tapi berkaca dari kasus Walang, ia bisa meraup rupiah 4 juta hanya 15 hari saja. Berapa jika sebulan, berapa jika dikalikan setahun, tentunya bukan jumlah yang sedikit.

Modus Operandi Para Pengemis

Menurut sumber berita yang saya baca, saat ini banyak cara yang dilakukan para pengemis untuk menarik simpati para penderma. Belakangan, terbongkar aksi pengemis di sejumlah wilayah dengan berpura-pura hamil dan buta. Kuat dugaan jika mereka merupakan sindikat yang pola beroperasinya memang sudah terorganisir.

Berikut modus-modus pengemis untuk menarik simpati masyarakat:

1. Koreng Dikasih Terasi
Para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) pun rela membuat luka bohongan di bagian tubuhnya guna mendapat iba pengendara di jalan. Agar terkesan busuk, koreng bohong itu dipakaikan terasi. Terasi bertujuan untuk mengundang lalat ke arah 'koreng' buatan mereka. Agar terkesan itu luka sudah busuk dan butuh biaya untuk berobat. Kalau obat merah tentu saja biar terkesan berdarah.

2. Pura-Pura Hamil
Berbagai cara dihalalkan beberapa orang untuk tetap bisa menyambung hidup di Ibu Kota. Salah satunya pengemis wanita yang beraksi di perempatan lampu merah dengan berpura-pura sedang hamil. Dari pengaduan masyarakat banyak wanita hamil yang mengemis di perempatan dan pinggir jalan. Padahal yang ada di balik bajunya itu bantal. Makanya jika ada pengemis hamil kita harus teliti, apakah hamil betulan atau hamil bohongan hehe…..

3. Tangan Pura-Pura Buntung
Modus lainnya lagi yang digunakan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di jalanan, yakni dengan berpura-pura tangannya buntung. Hal itu terungkap karena setelah ditangkap oleh petugas tangannya dilipat pakai tali ke belakang.

4. Sekeluarga Tidur di Gerobak
'Manusia gerobak'. Sebutan itu kerap muncul saat bulan suci Ramadan. Biasanya pengemis selama satu bulan mencari nafkah, dan sehari-hari mereka tidur di gerobak bersama keluarganya. PMKS gerobak, tidak lain ialah para pengemis yang biasa mengangkut keluarga mereka dengan menggunakan gerobak. Biasanya si ayah yang menarik gerobak lalu di dalam gerobak itu ada istri dan juga anak-anak mereka,

5. Pura-Pura Buta
Memiliki tubuh sempurna, tetapi tidak disyukuri. Hanya untuk mendapat belas kasih, ada pengemis yang berpura-pura tidak bisa melihat demi mendapatkan recehan dari para dermawan. Padahal harga mata yang bisa melihat jauh lebih mahal.

6. Menyewa Lansia dan Bayi
Ini juga modus yang biasa dipakai oleh para pengemis, khusunya di kota-kota besar. Sindikat penyewaan bayi dan lansia nyatanya ada. Mereka bergerak secara terorganisir dan rapi. Sehingga jangan iba dulu jika ada pengemis yang menggendong-gendong bayi atau menuntun lansia, bisa jadi mereka menyewanya dengan bayaran yang tentunya bervariasi.

Larangan Memberi Pengemis Oleh MUI DKI Jakarta

Larangan ini sebenarnya sudah lama diberlakukan, karena kurangnya sosialisasi dan hukuman yang kurang maka sepertinya kurang efektif. Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta mengharamkan kepada siapapun memberi uang kepada peminta-minta di perempatan jalan. Alasannya banyak. Salah satunya, karena para pengemis biasanya terkoordinir dalam suatu jaringan, dan ada boss-nya.

MUI memberikan fatwa, baik untuk yang meminta dan yang memberi sama-sama tidak dibenarkan. Seperti yang dikatakan Sekjen MUI, Samsul Maarif, beberapa waktu yang lalu. Namun MUI menilai, bahwa selama ini pelaksanaan Perda tersebut tidak maksimal, karena masih banyak pengemis bertebaran di perempatan jalan dan mengganggu ketertiban umum. Menurut sekjen MUI, memberi di tempat yang tidak pas itu dilarang oleh agama. Selain merugikan banyak orang, juga menimbulkan kerawanan.

Tangan diatas Lebih Baik Daripada Tangan Dibawah

Pada umumnya, seseorang merasa berat hati untuk mengeluarkan tenaga, harta, waktu, dan yang semisalnya jika tidak ada imbal balik darinya. Oleh karena itu, barangsiapa yang mencurahkan semua itu untuk saudaranya dengan hati yang tulus, orang seperti ini berhak dibalas kebaikannya dan disyukuri pemberiannya. Apabila kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepada kita dan memaafkannya, tentu balasan orang yang berbuat baik kepada kita hanyalah kebaikan. Perlu diketahui juga, dalam Islam orang yang memberi lebih baik daripada orang yang menerima. Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Tangan yang di atas (pemberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (penerima pemberian).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, hendaknya kita menjadi orang yang suka memberi daripada banyak menerima. Jika kita menerima pemberian, berbalas budilah!, karena seperti itulah contoh dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Adalah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menerima hadiah (pemberian selain shadaqah) dan membalasnya.” (Shahih Al-Bukhari no. 2585).

Kesimpulan :
  1. Dari uraian diatas bisa kita simpulkan bahwa mengemis adalah pekerjaan yang bisa mendatangkan keuntungan namun hina dihadapan manusia dan Allah SWT.
  2. Saat ini, mengemis merupakan sebuah profesi yang buat sebagian orang menjadi sandaran hidupnya.
  3. Jika kita mau bersedekah, bersedekahlah kepada yang lebih memerlukan, misalnya kepada panti yatim, orang jompo, lembaga pendidikan yang kekurang biaya dan sebagainya.
  4. Memberi adalah lebih baik daripada menerima. Dengan kata lain bahwa profesi mengemis adalah pekerjaan yang tidak baik, karena hanya mengharap belas kasihan orang lain.
Semoga bermanfaat dan happy blogging…..