Menu Atas

Iklan

Jumat, 18 Maret 2016, Maret 18, 2016 WIB
Last Updated 2019-02-01T21:25:22Z
IbrohMotivasi

Hiduplah Seperti Elang dan Jangan Hidup Seperti Ayam, Sebuah Renungan

Advertisement
hiduplah seperti elang dan jangan hidup seperti ayam
Hiduplah Seperti Elang  | Dalam sebuah presentasi motivasi sang trainer pernah menceritakan bahwa sifat manusia itu bisa diibaratkan seperti sifat ayam dan elang. Loh kok bisa ayam dan elang itu disifati seperti sifat manusia, bagaimana dan dalam hal apa? Okelah dalam tulisan ini saya ingin menyampaikan bahwa dalam berbisnis atau berwirausaha ataupun apapunn itu usaha manusia bisa digambarkan dengan sifat ayam dan elang ini. Tentunya kedua jenis hewan ini mempunyai sifat yang berbeda satu sama lainnya.

Sahabat Kang Muroi yang budiman, dalam kehidupan ini kita bisa banyak belajar dari berbagai hal terutama kita bisa belajar dari Alam atau bahasa kulonnya Learn from the cradle to the grave. Sejak kita dilahirkan dari buiaan hingga ke liang lahat kita akan terus dengan yang namanya proses belajar dan belajar atau Long Live Education atau dalam kalimat lain, hidup adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir. Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan bodoh dan tidak atahu apa-apa, maka belajar adalah sarana untuk mengenal lingkungan dan bekal kita kelak di akhirat.

Kita bisa belajar dari apa saja yang kita temui, belajar tidak hanya lewat bangku sekolahan yang formal namun belajar juga bisa kita temui dari alam sekitar kita yang terkembang terbentang luas mulai dari timur samapai ke barat, dari utara sampai ke selatan. Dalam alam sekitar kita ada beragam makluk hidup yang dapat dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari kita, dapat diambil ibroh untuk kita jadikan pedoman hidup bahwa Allah subhanahu wa ta'ala tidak akan tidur dengan nasib hambanya. Misalnya kita dapat belajar hidup berbagi dari seekor semut, karena tidak ada semut yang mendapatkan sebutir beras dan memakannya secara sembunyi. Selalu dibawa ke sarangnya dan dimakan bersama-sama. Atau kita dapat belajar dari burung-burung yang berangkat pagi dan pulang petang dengan membawa makanan dan tanpa keluh dan kesah begitu burung-burung itu melakukan pekerjaannya. Ini menyadarkan kita sebagai manusia bahwa ternyata seekor burung saja diberi rizki yang melimpah jika mau mencarinya, jika mau berusaha mendapatkannya.

Sifat-Sifat Elang yang Bisa Kita Contoh

Hiduplah bagaikan elang, karena elang melambangkan sifat pemberani. Karena Elang memiliki sifat-sifat ksatria elang membangun sarangnya ditempat yang tinggi. Elang selalu memberi tanda setiap kali ia akan menyerang musuhnya. Elang juga binatang yang tidak makan bangkai, tidak seperti seperti serigala. Kelebihan elang yang lainnya adalah elang bisa terbang tinggi, ketika ia terpojok dan mengalami kesulitan ia akan menemukan jalan keluar dengan terbang setinggi tingginya. Elang juga memiliki pandangan yang tajam dan cerdas. Sifat menarik dari elang yang lain adalah ternyata elang akan mempertaruhkan nyawanya demi anak-anaknya , tipikal hewan yang cinta dengan keluarganya.

Sifat-Sifat Ayam yang Seharusnya Tidak Kita Contoh

Sifat-sifat ayam sangat negatif diantaranya adalah ayam ternyata memiliki sifat penakut, ayam juga tidak berani terbang tinggi, ketika dikejar-kejar manusia ia hanya akan terpojok tanpa bis aberbuat-apa-apa. Nasib ayam juga ditentukan oleh manusia, kapan mau dipotong untuk dijadikan makanan manusia. Ini sifat buruk ayam berikutnya yaitu suka gonta-ganti pasangan. Ayam jug amempunyai sifat penakut, buktinya jika ada suara ribut ayam pasti akan berlari mencari tempat perlindungan perlindungan, ia tidak mau berfikir masalah apa yang terjadi ia tahunya lari dan lari. Sifat buruk ayam berikutnya adalah ia tidak berani mengambil resiko pergi jauh dari kandangnya.

Tentu tulisan ini bukan maksud untuk  menyamakan manusia dengan seekor elang ataupun ayam. Tetapi setidaknya kita bisa mengambil ibroh atau pelajaran dari kedua makluk ini. Kita bisa memperhatikan gaya hidup mereka, karakter dan daya hidup yang ada pada diri mereka masing-masing. Apakah kita ingin menjadi seperti seekor elang ataukah kita ingin hidup seperti seekor ayam? Yang tiap hari harus mengais untuk mencari makan dan kemudian ketika tiba giliran untuk di potong, maka seekor ayam hanya bisa menyerahkan “takdirnya” ditangan manusia. Ataukah kita memilih menjadi seekor elang? Kalau ini yang kita pilih, berarti kita sudah siap lahir batin untuk hidup melawan badai yang menerpa. Berani merantau jauh demi kehidupan yang lebih baik dan berani mengambil resiko. Karena kita menyadari menjadi yang terbaik dalam hidup harus melalui beberapa tahapan yang sangat melelahkan, seperti halnya seekor elang ketika harus terbang melawan badai.

Hidup Adalah Sebuah Harapan dan Penuh Resiko

Awal dari keinginan adalah sebuah mimpi. Beranilah bermimpi karena mimpi akan membuat kita menjadi besar. Bermimpi tentu tidak dimaksudkan menghabiskan waktu secara sia-sia dengan melamun, melainkan berani memiliki impiian untuk meraih kesuksesan. Berani memiliki cita-cita yang tinggi, kendati kita memahami bahwa sebuah cita-cita tidak secara serta merta terwujud, melainkan harus dibangun dengan kerja keras dan pantang menyerah, seperti halnya Elang membangun sarangnya dipohon cemara yang tinggi. Kendati ada resiko terimbas badai. Hidup melawan badai berarti berani menghadapi resiko berani minta maaf bila bersalah. Berani bertanggung jawab untuk akibat dari pekerjaan. Berani membuka hati dan pikiran untuk menerima saran dan kritik. Berani memperbaiki bila apa yang kita lakukan adalah salah. Berani tampil kedepan untuk membela kebenaran. Hidup kita tidak akan terlepas dari dua hal yaitu Harapan dan Resiko, karena disetiap keberhasilan hidup pasti ada resiko yang harus kita hadapai.

Untuk menutup tulisan ini saya nukilkan nasehat dari Tri Murti Pondok Pesantren Modern Gontor yaitu alm. KH. Imam Zarkasyi :
Berani Hidup Tak Takut Mati, Takut Mati Jangan Hidup, Takut Hidup Mati Saja.