Advertisement
Mengenal Rumah Adat Suku Baduy Dalam | Rumah bagi masyarakat Baduy dalam (kejeroan), di Kabupaten Lebak, Banten. Tidak sekedar tempat tinggal. Ada nilai Filosofi yang di yakini sebagai kepercayaan nenek moyang mereka. Itu sebabnya membangun rumah tidak boleh sembarangan.
Kawasan Baduy Dalam seperti daerah Kenekes, diyakini sebagai pusat alam semesta. Karena itu, tanah di sana pantang di olah dengan cangkul. Malah, jika tanah yang digunakan untuk membangun rumah tidak rata, mereka tidak mau meratakannya. Rumah tetap didirikan disitu. Caranya tiang-tiang rumah disesuiakan dengan kondosi tanah. Hasilnya tentu tiang- tiang yang tidak sama tinggi.
Secara umum rumah adat Baduy merupakan rumah panggung yang hampir secara keseluruhan rumah menggunakan bahan bambu. Rumah adat baduy ini sendiri terkenal dengan kesederhanaan, dan dibangun berdasarkan naluri manusia yang ingin mendapatkan perlindungan dan kenyamanan.
Bangunan rumah adat Baduy dibuat tinggi, berbentuk panggung, mengikuti tinggi rendahnya/kontur permukaan tanah. Pada tanah yang miring dan tidak rata permukaannya, bangunan disangga menggunakan tumpukan batu. Batu yang digunakan adalah batu kali, berfungsi sebagai tiang penyangga bangunan dan menahan agar tanah tidak longsor. Berikut ini adalah beberapa ciri daripada rumah-rumah adat suku Baduy yang terletak di pedalaman Kabupaten Lebak Propinsi Banten :
Ciri khas berikutnya ialah, atap yang di pakai bukan seperti kebanyakan yang sering kita temui. Mereka tidak memakai genting. Rata-rata yang di pakai sebagai atap terbuat dari bahan yang sangat sederhana, biasanya dari ijuk atau daun kelapa yang di keringkan. Ini adalah bagian adat yang harus di patuhi. Bagian dari kepercayaan yang sangat mereka yakini. Hal ini berhubungan karena genting itu berbahan dari tanah. Artinya, kalau memakai atap dari genting, sama saja mengubur diri sendiri. Sedangkan tanah hanya di peruntukan untuk orang mati saja. Seperti peribahasa mereka “terletak antara dunia bawah – yaitu tanah - dan dunia atas – yaitu langit -. Karena rumah memiliki pangkat yang lebih tinggi, yaitu dunia atas, maka di larang di letakan lebih rendah dari tanah.
Atap rumah adat baduy terbuat dari daun yang disebut sulah nyanda. Nyanda berarti sikap bersandar, sandarannya tidak lurus melainkan agah merebah ke belakang. Salahsatu sulah nyanda ini dibuat lebih panjang dan memiliki kemiringan yang lebih rendah pada bagian bawah rangka atap.
Bagi orang luar Baduy, jendela merupakn ventilasi untuk menikmati udara segar. Namun untuk orang Baduy Dalam cukup diperoleh dari lobang lantai yang terbuat dari bambu (palupuh). Lubang dari palupuh ini memungkinkan masuknya udara dari kolong rumah.
Bilik rumah dan pintu rumah terbuat dari anyaman bambu yang dianyam secara vertikal. Teknik anyaman tersebut dikenal dengan nama sarigsig tersebut dibuat hanya dengan berdasarkan perkiraan, tidak diukur terlebih dahulu. Kunci rumah dibuat dengan memalangkan dua buah kayu yang ditarik atau didorong dari bagian luar rumah.
Ada tiga ruangan dalam bangunan rumah adat ini, yaitu ruangan yang dikhususkan untuk ruang tidur kepala keluarga juga dapur yang disebut imah, ruang tidur untuk anak-anak sekaligus ruang makan yang disebut tepas, dan ruang untuk menerima tamu yang disebut sosoro. Seluruh bangunan dibangun menghadap satu dengan yang lainnya. Secara adat rumah Baduy hanya diperbolehkan menghadap ke utara dan selatan saja.
Rumah yang sangat sederhana adalah ciri khas masyarakat baduy. Menurut yang mereka yakini, tempat tinggal memiliki kekuatan netral. Dalam istilahnya “terletak antara dunia bawah dan dunia atas”. Kalau di perhatikan, rumah baduy pasti memiliki kolong dan tidak langsung menyentuh tanah. Semua rumah pasti di bangun memakai alas batu (umpak). Mereka pun percaya sepenuhnya, dengan membangunnya seperti itu, rumah mereka akan jauh lebih awet dan tahan lama.
Perkampungan dikawasan Baduy Dalam ditanadai dengan lapangan luas. Letak lapangan itu, ditengah deretan rumah penduduk. Sementara di daerah Baduy Luar, lapangan itu sudah agak kabur karena digunakan untuk jalan orang- orang yang mau masuk kampung.
Diujung sebelah barat lapangan, terletak bagunan yang disebut bale(balai). Disebelah kiri balai ini, berdiri tempat orang- orang menumbuk padi ( saung lisung). Sementara disebelah kanan balai ada sekelompok lumbung padi yang disebut leuit. Rumah puun (tokoh tertinggi orang Baduy Dalam), terletak disebelah timur lapangan.
Demikian ulasan mengenai ciri-ciri rumah dari masyarakat Baduy di Lebak, Banten. Tentunya sobat penasaran jika tidak melihat seperti apa sebenarnya bentuk rumah-rumah adat ini. Namun setidaknya dari ulasan diatas ada sedikit gambaran mengenai bentuk rumah adat tersebut.
Semoga bermanfaat dan happy blogging….
Kawasan Baduy Dalam seperti daerah Kenekes, diyakini sebagai pusat alam semesta. Karena itu, tanah di sana pantang di olah dengan cangkul. Malah, jika tanah yang digunakan untuk membangun rumah tidak rata, mereka tidak mau meratakannya. Rumah tetap didirikan disitu. Caranya tiang-tiang rumah disesuiakan dengan kondosi tanah. Hasilnya tentu tiang- tiang yang tidak sama tinggi.
Secara umum rumah adat Baduy merupakan rumah panggung yang hampir secara keseluruhan rumah menggunakan bahan bambu. Rumah adat baduy ini sendiri terkenal dengan kesederhanaan, dan dibangun berdasarkan naluri manusia yang ingin mendapatkan perlindungan dan kenyamanan.
Bangunan rumah adat Baduy dibuat tinggi, berbentuk panggung, mengikuti tinggi rendahnya/kontur permukaan tanah. Pada tanah yang miring dan tidak rata permukaannya, bangunan disangga menggunakan tumpukan batu. Batu yang digunakan adalah batu kali, berfungsi sebagai tiang penyangga bangunan dan menahan agar tanah tidak longsor. Berikut ini adalah beberapa ciri daripada rumah-rumah adat suku Baduy yang terletak di pedalaman Kabupaten Lebak Propinsi Banten :
Motif Atap Rumah Suku Baduy Dalam
Atap rumah terbagi pada dua sisi kanan dan sisi kiri. Atap sebelah kiri di bangun lebih panjang di bandingkan atap sebelah kanan. Ini di maksudkan supaya satu sisi yang lebih panjang memberikan kehangatan yang lebih. Selain itu, juga untuk menambah ruangan yang bisa di pakai. Karena pasti anggota keluarga akan terus bertambah. Kemudian, bagian paling atas atau pucuk, pertemuan antara sisi kiri dan sisi kanan di buat cabik. Fungsinya untuk menahan air hujan yang turun. Selain untuk fungsi tadi, cabik ini juga merupakan lambang lingkaran hidup mereka.Ciri khas berikutnya ialah, atap yang di pakai bukan seperti kebanyakan yang sering kita temui. Mereka tidak memakai genting. Rata-rata yang di pakai sebagai atap terbuat dari bahan yang sangat sederhana, biasanya dari ijuk atau daun kelapa yang di keringkan. Ini adalah bagian adat yang harus di patuhi. Bagian dari kepercayaan yang sangat mereka yakini. Hal ini berhubungan karena genting itu berbahan dari tanah. Artinya, kalau memakai atap dari genting, sama saja mengubur diri sendiri. Sedangkan tanah hanya di peruntukan untuk orang mati saja. Seperti peribahasa mereka “terletak antara dunia bawah – yaitu tanah - dan dunia atas – yaitu langit -. Karena rumah memiliki pangkat yang lebih tinggi, yaitu dunia atas, maka di larang di letakan lebih rendah dari tanah.
Atap rumah adat baduy terbuat dari daun yang disebut sulah nyanda. Nyanda berarti sikap bersandar, sandarannya tidak lurus melainkan agah merebah ke belakang. Salahsatu sulah nyanda ini dibuat lebih panjang dan memiliki kemiringan yang lebih rendah pada bagian bawah rangka atap.
Tanpa Jendela
Masyarakat Baduy Dalam tidak mengenal jendela. Bagi mereka jendela itu hany sebagai berfungsi untuk melihat sesuau yang ada diluar. Karenanya, jika memang ada yang ingin dilihat dari dalam cukup melobangi dinding yang terbuat dari bambu. Itu sebabna rumah dikawasan Baduy Dalam hamper tidak berjendela, kecuali rumah- rumah masyarakat Luar.Bagi orang luar Baduy, jendela merupakn ventilasi untuk menikmati udara segar. Namun untuk orang Baduy Dalam cukup diperoleh dari lobang lantai yang terbuat dari bambu (palupuh). Lubang dari palupuh ini memungkinkan masuknya udara dari kolong rumah.
Bagian Rumah Suku Baduy Dalam
Bagian rumah itu didasarkan kepada kepercayaan, rumah identik dengan bumi ( alam semesta). Yang terdiri dari 3 bagian atas, tengah, bawah. Dapur pada rumah masyarakat Baduy berlantaikan bambu. Untuk membuat tungku, biasanya bagian lantai dapur itu ditimbunin tanah besekat kayu. Diatas tanah itu dibuat tungku. Cara ini dimaksudkan agar api tidak menjilat lantai bambu tersebut. Pada dapur ini, ada sebuah tempat yang disebut goa. Fungsinya untuk menyimpan padi atau beras.Bilik rumah dan pintu rumah terbuat dari anyaman bambu yang dianyam secara vertikal. Teknik anyaman tersebut dikenal dengan nama sarigsig tersebut dibuat hanya dengan berdasarkan perkiraan, tidak diukur terlebih dahulu. Kunci rumah dibuat dengan memalangkan dua buah kayu yang ditarik atau didorong dari bagian luar rumah.
Ada tiga ruangan dalam bangunan rumah adat ini, yaitu ruangan yang dikhususkan untuk ruang tidur kepala keluarga juga dapur yang disebut imah, ruang tidur untuk anak-anak sekaligus ruang makan yang disebut tepas, dan ruang untuk menerima tamu yang disebut sosoro. Seluruh bangunan dibangun menghadap satu dengan yang lainnya. Secara adat rumah Baduy hanya diperbolehkan menghadap ke utara dan selatan saja.
Rumah yang sangat sederhana adalah ciri khas masyarakat baduy. Menurut yang mereka yakini, tempat tinggal memiliki kekuatan netral. Dalam istilahnya “terletak antara dunia bawah dan dunia atas”. Kalau di perhatikan, rumah baduy pasti memiliki kolong dan tidak langsung menyentuh tanah. Semua rumah pasti di bangun memakai alas batu (umpak). Mereka pun percaya sepenuhnya, dengan membangunnya seperti itu, rumah mereka akan jauh lebih awet dan tahan lama.
Perkampungan dikawasan Baduy Dalam ditanadai dengan lapangan luas. Letak lapangan itu, ditengah deretan rumah penduduk. Sementara di daerah Baduy Luar, lapangan itu sudah agak kabur karena digunakan untuk jalan orang- orang yang mau masuk kampung.
Diujung sebelah barat lapangan, terletak bagunan yang disebut bale(balai). Disebelah kiri balai ini, berdiri tempat orang- orang menumbuk padi ( saung lisung). Sementara disebelah kanan balai ada sekelompok lumbung padi yang disebut leuit. Rumah puun (tokoh tertinggi orang Baduy Dalam), terletak disebelah timur lapangan.
Demikian ulasan mengenai ciri-ciri rumah dari masyarakat Baduy di Lebak, Banten. Tentunya sobat penasaran jika tidak melihat seperti apa sebenarnya bentuk rumah-rumah adat ini. Namun setidaknya dari ulasan diatas ada sedikit gambaran mengenai bentuk rumah adat tersebut.
Semoga bermanfaat dan happy blogging….